ASPIRASIKU - Menurut Anda, faktor apa yang paling dominan menghambat pembaruan ANJAB/ABK di instansi Anda?
Faktor yang paling dominan menghambat pembaruan Analisis Jabatan (Anjab) dan Analisis Beban Kerja (ABK) di instansi umumnya bisa berbeda tergantung konteks, tapi berdasarkan banyak studi dan pengalaman birokrasi di Indonesia, beberapa faktor dominan yang paling sering ditemui adalah:
1. Kurangnya Komitmen Pimpinan
Tanpa komitmen kuat dari pimpinan instansi, pembaruan Anjab/ABK sering kali hanya menjadi formalitas atau rutinitas administratif.
Padahal, pembaruan ini membutuhkan perubahan mindset, alokasi waktu, dan sumber daya yang memadai.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kurang Kompeten
Banyak instansi belum memiliki SDM yang benar-benar memahami teknik penyusunan Anjab dan ABK secara mendalam.
Akibatnya, dokumen yang dihasilkan tidak akurat atau hanya menyalin dari tahun sebelumnya.
3. Minimnya Data dan Informasi yang Valid
Data yang dibutuhkan untuk analisis sering kali tidak tersedia, tidak mutakhir, atau tidak akurat. Hal ini membuat proses penyusunan dan pembaruan sulit dilakukan secara objektif dan ilmiah.
Baca Juga: Ini Angka Pasti Kebutuhan Guru Sekolah Rakyat: 1.515 ASN Full Time Disiapkan untuk 100 Sekolah Baru
4. Resistensi terhadap Perubahan
Ada anggapan bahwa pembaruan Anjab/ABK bisa berujung pada pengurangan jabatan, redistribusi tugas, atau perubahan beban kerja yang dianggap merugikan.