ASPIRASIKU - Dalam dunia pendidikan modern, muncul berbagai pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan aktif peserta didik.
Salah satu pendekatan yang cukup berpengaruh adalah experiential learning atau pembelajaran berdasarkan pengalaman, yang dikembangkan oleh David A. Kolb.
Model ini tidak hanya menjadi dasar filosofi pendidikan praktis, tetapi juga menjadi kerangka yang banyak digunakan dalam pelatihan, pengembangan SDM, hingga pembelajaran di dunia kerja.
David Kolb mendefinisikan experiential learning sebagai “the process whereby knowledge is created through the transformation of experience.”
Baca Juga: Rusia-Indonesia Sepakat Perkuat Kerja Sama Strategis Global Karena Kesamaan Pandangan Berbagai Isu
Artinya, pengetahuan dibentuk melalui proses pengubahan pengalaman menjadi pemahaman.
Model ini menyiratkan bahwa belajar tidak sekadar menerima informasi secara pasif, tetapi melibatkan proses aktif dalam menciptakan makna dari pengalaman yang dialami secara langsung.
Model experiential learning Kolb terbagi menjadi empat tahapan siklus belajar, yaitu:
1. Concrete Experience (Pengalaman Konkret)
Tahapan ini merupakan titik awal di mana seseorang mengalami suatu kejadian atau situasi secara langsung.
Misalnya, siswa melakukan percobaan di laboratorium atau seseorang mencoba hal baru di lapangan kerja.
Baca Juga: Kode Etik Guru, Apakah Perilaku Guru Sebagai Pendidik Perlu Diatur? Ternyata Begini Dampaknya!
2. Reflective Observation (Observasi Reflektif)
Setelah mengalami peristiwa tersebut, pembelajar merenungkan dan mengamati apa yang telah terjadi.