ASPIRASIKU - Lemparan gas air mata kepada suporter PSIS Semarang kembali menuai kontra. Polisi menyebut sudah sesuai dengan SOP.
Namun gas air mata yang kembali dilemparkan petugas polisi kepada suporter PSIS Semarang kembali disorot media asing.
Ini tidak lepas atas tragedi Kanjuruhan yang menewaskan banyak korban akibat gas air mata yang dilepaskan kepada suporter sepak bole.
The Washington Times menuliskan, Kepolisian Indonesia melepaskan gas air mata di luar stadion sepak bola untuk membubarkan para penggemar yang mencoba memaksa masuk ke dalam pertandingan di Provinsi Jawa Tengah pada Jumat.
Kejadian ini terjadi beberapa bulan setelah penggunaan gas air mata di stadion lain menyebabkan salah satu bencana olahraga terburuk di dunia.
Tidak ada laporan cedera pada Jumat ketika ribuan pendukung PSIS Semarang mengalami efek gas air mata di pintu masuk Stadion Jatidiri di kota Semarang setelah mereka mencoba masuk ke dalam pertandingan tanpa penonton untuk mendukung tim mereka melawan Persis Solo, tim dari kota Surakarta.
Penyelenggara dan polisi telah memutuskan untuk mengadakan pertandingan tanpa penonton untuk menghindari kekerasan yang mungkin terjadi.
Kepala Polisi Semarang Irwan Anwar mengatakan keputusan itu diambil karena pengalaman dari pertandingan sebelumnya antara kedua tim di Surakarta, ketika para pendukung PSIS Semarang diserang saat mereka pulang ke rumah.
Para penggemar yang mencoba masuk ke dalam stadion mendorong dan kemudian melempari benda-benda ke petugas kepolisian yang mencoba menahan mereka. Para petugas pertama-tama menggunakan mobil pengendali massa yang dilengkapi dengan air dan kemudian melepaskan gas air mata.
Baca Juga: Taxi Driver 2 Episode 3: Aksi Heroik Kim Do Gi Balas Dendam dengan Taksi Mewah Pelangi
Sementara Polda Jawa Tengah mengklaim bahwa pengamanan yang dilakukan selama pertandingan sepak bola antara PSIS Semarang vs Persis Solo di Stadion Jatidiri Semarang pada Jumat 17 Februari 2023 telah sesuai dengan SOP.
Selama pengamanan, terjadi kerusuhan suporter PSIS Semarang yang ingin memaksa masuk ke stadion meskipun pertandingan digelar tanpa penonton.