ASPIRASIKU – Penggunaan gas air mata saat Tragedi Kanjuruhan menjadi sorotan publik karena diduga jadi pemicu utama tewasnya ratusan korban jiwa.
Penggunaan gas air mata juga ditengarai telah melanggar aturan FIFA dalam hal pengamanan stadion.
Terkait hal ini, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengungkap sejumlah temuan hasil pengawasannya dalam Tragedi Kanjuruhan, salah satunya soal instruksi penembakan gas air mata.
Komisioner Kompolnas, Albertus Wahyu Rudhanto menjelaskan selama dua hari ini pengawasan, pihaknya melakukan asesmen kepada beberapa pihak.
Baca Juga: 7 Jenis Olahraga Lari yang Perlu Kamu Tahu dan Cara Mempersiapkan
Di antaranya kepada para anggota Polres Malang, Bupati Malang, Supporer Aremania, dan korban yang mengalami luka-luka.
"Salah satu hasilnya, belum ditemukan adanya instruksi resmi dari Kapolres selaku penanggung jawab pengamanan dalam pertandingan tersebut," ungkap Wahyu dalam konferensi pers di Mapolres Malang, Selasa 4 Oktober 2022.
Ia mengatakan, tidak ada perintah Kapolres Malang untuk penguraian massa jika terjadi kerusuhan dengan menggunakan gas air mata.
“Ini sudah disampaikan apel lima jam sebelumnya saat apel. Dari internal kepolisian sudah prosedural,” jelasnya, dilansir dari PMJ News.
Wahyu mengatakan, setidaknya ada dua ribu personel aparat keamanan yang disiagakan dalam pengamanan. Namun, hanya 600 orang yang merupakan personel Polres Malang.
Baca Juga: Rekomendasi Film di Hari Guru Sedunia 2022 yang Bisa Ditonton Bersama Para Murid di Sekolah
"Jadi 1.400 adalah bantuan bantuan Polres lain, Brimob, dan TNI. Kami masih selidiki dan nanti kirim rekomendasi ke ketua dan presiden terkait beberapa hal yang menjadi pelanggaran pengamanan," jelasnya.
Selain itu, Wahyu juga menduga ada kelebihan kapasitas penonton dari banyaknya orang yang belum masuk namun sudah memiliki tiket.
Sementara Tim investigasi dari Bareskrim Polri juga terus melakukan pengusutan Tragedi Kanjuruhan dengan memeriksa hasil rekaman karema CCTV yang berada di lokasi kejadian.
Baca Juga: Kisah Pilu Tragedi Kanjuruhan, Siswa SD Ini Jadi yatim Piatu Setelah Kehilangan Ayah Ibunya