ASPIRASIKU – Ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor kementerian di Jakarta pada Senin, 20 Januari 2025.
Aksi ini dipicu oleh pemecatan mendadak yang diduga terjadi terhadap salah satu pegawai, Neni Herlina.
Unjuk rasa yang diikuti oleh sekitar 235 ASN tersebut dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Bagimu Negeri.
Para pegawai yang tergabung dalam Paguyuban Pegawai Dikti ini, yang dipimpin oleh Suwitno, menyuarakan ketidakpuasan terhadap Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro yang dianggap bersikap arogan dalam memimpin kementerian.
Baca Juga: Daftar 34 Pemain Timnas Indonesia U-20 Siap Tampil Piala Asia 2025, Ini Nama-namanya
Suwitno, Ketua Paguyuban Pegawai Dikti, menegaskan bahwa pemecatan Neni Herlina diduga berdasarkan kesalahpahaman.
“Mungkin ada kesalahpahaman dalam pelaksanaan tugas dan itu menjadi fitnah atau suudzon bahwa Ibu Neni menerima sesuatu, padahal dia tidak melakukannya,” kata Suwitno.
Aksi ini juga bertujuan untuk menyampaikan keluhan kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, terkait kepemimpinan Menteri Satryo yang dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik.
Spanduk-spanduk yang dibawa para ASN juga menjadi sorotan, seperti yang bertuliskan 'Institusi negara bukan perusahaan pribadi Satryo dan Istri' serta sindiran keras, “Kami ASN, dibayar oleh negara, bekerja untuk negara, bukan babu keluarga.”
Baca Juga: Jangan Salah Pilih! Lima Jurusan Kuliah dengan Prospek Gaji Minim
Selain itu, di depan gedung Kemdiktisaintek, terdapat spanduk yang meminta Presiden untuk ‘selamatkan kami dari menteri pemarah, suka main tampar, dan main pecat.’
Unjuk rasa ini memperlihatkan ketegangan di dalam tubuh kementerian yang dipimpin oleh Satryo Soemantri Brodjonegoro, seorang menteri yang juga memiliki rekam jejak panjang di dunia pendidikan.
Lahir di Belanda pada 5 Januari 1956, Satryo adalah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan memiliki gelar PhD dari University of California, Berkeley.
Sebelumnya, Satryo juga pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada 1999-2007 dan mendapatkan berbagai penghargaan, termasuk Bintang Tanda Jasa ‘The Order of the Rising Sun’ dari Kedutaan Besar Jepang pada 2016.