ASPIRASIKU – Salah satu ibadah sunnah yang tidak ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah puasa, di antaranya yaitu puasa Ayyamul Bidh.
Puasa Ayyamul Bidh artinya adalah puasa yang dilakukan pada hari-hari putih. Ayyamul Bidh merupakan julukan bagi suatu hari di mana bulan bersinar dengan benderang.
Hari tersebut berarti hari saat terjadi bulan purnama, maka dari itu, Ayyamul Bidh jatuh pada tengah bulan pada kalender Hijriyah.
Hari yang utama untuk puasa Ayyamul Bidh yaitu setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriyah. Pada hari-hari itulah biasanya terjadi bulan purnama.
Setiap amalan tentu ada keutamaannya, begitu pula puasa Ayyamul Bidh. Berikut ini adalah beberapa keutamaan melaksanakan puasa Ayyamul Bidh.
1. Mengikuti sunnah dan melaksanakan wasiat Nabi Muhammad SAW.
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, mengikuti sunnahnya merupakan keutamaan tersendiri. Berikut dalil sunnahnya puasa Ayyamul Bidh.
Suatu hari Mu’adzah bertanya kepada Aisyah,
أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ. قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لاَ يُبَالِى مِنْ أَيِّهِ صَامَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Artinya: “Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).”
(HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709)
Selain kebiasaan Rasul berpuasa tiga hari di setiap bulan, Rasul juga mewasiatkan amal ini kepada Abu Hurairah r.a, ia berkata,
أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
Artinya: “Kekasihku (yaitu Rasulullah saw.) mewasiatkan padaku tiga nasihat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: (1) berpuasa tiga hari setiap bulannya, (2) mengerjakan shalat Dhuha, (3) mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
Meskipun redaksi hadits tersebut adalah wasiat Rasul kepada Abu Hurairah, tetapi dalam konteksnya hadits ini adalah wasiat untuk seluruh umat Rasul Muhammad saw., termasuk kita yang hidup saat ini.
Dengan melakukan puasa Ayyamul Bidh, artinya kita melaksanakan sunnah dan wasiat Nabi Muhammad SAW.