ASPIRASIKU - Krisis pengungsi Afghanistan di laut mengubah kebijakan Australia pada dua tahun yang lalu.
Bermula dari sebuah kapal barang Norwegia yang menyelamatkan ratusan pencari suaka Afghanista dari kapal Indonesia yang tenggelam.
Saat itu sebuah kapal barang Norwegia menyelamatkan ratusan pencari suaka Afghanistan dari kapal Indonesia yang tenggelam, memicu krisis yang mengantarkan kebijakan imigrasi garis keras Australia.
Baca Juga: Penyebab Lamaran Kerja Tidak Dipanggil, Ini 6 Alasan Sampai Bisa Ditolak
Pada bulan Agustus 2001, sebuah kapal nelayan Indonesia yang membawa 433 pencari suaka sedang dalam perjalanan ke Pulau Christmas Australia, ketika mesinnya rusak di perairan internasional.
Penjaga Pantai Australia meminta kapal barang Norwegia di dekatnya untuk melakukan operasi penyelamatan.
Banyak di atas kapal Indonesia adalah orang Afghanistan yang melarikan diri dari penganiayaan dari Taliban dan termasuk beberapa wanita hamil dan anak-anak.
Baca Juga: Pulang Kampung, Transfer Pietro Pellegri dari AS Monaco ke AC Milan Selesai
Ketika kapten MV Tampa, Arne Rinnan, tiba di tempat kejadian, dia menemukan para pengungsi dalam "keadaan yang buruk".
“Sepuluh hingga 12 dari mereka tidak sadarkan diri,” katanya dilansir dari Al Jazeera 26 Agustus 2021.
“Beberapa menderita disentri dan seorang wanita hamil menderita sakit perut,” katanya.
Penyelamatan para pencari suaka oleh Tampa kemudian akan menjadi pemicu pendekatan garis keras Australia terhadap perlindungan perbatasan dan keputusan Perdana Menteri John Howard saat itu untuk meminta pencari suaka yang tiba dengan kapal untuk diproses di pusat-pusat penahanan lepas pantai – sebuah praktik berkelanjutan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Baca Juga: Dana Pelatihan Prakerja Dikirim Bertahap, Silakan Cek
Hari ini menandai 20 tahun sejak penyelamatan Tampa.