PLN Klaim RUPTL 2025–2034 Paling Hijau, Publik Ragukan Realisasi Energi Bersih

photo author
- Rabu, 24 September 2025 | 13:00 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Konferensi Pers RUPTL 2025-2034 di Jakarta, Senin 26 Mei 2025  (dok. PLN)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Konferensi Pers RUPTL 2025-2034 di Jakarta, Senin 26 Mei 2025 (dok. PLN)

Jakarta, ASPIRASIKU – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyebut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 sebagai yang “paling hijau” sepanjang sejarah perusahaan.

Dalam rilis resminya, 28 Mei 2025, PLN menargetkan 69,5 gigawatt (GW) kapasitas baru, dengan 76 persen dialokasikan untuk energi terbarukan, mulai dari surya, air, panas bumi, hingga penyimpanan energi.

Di atas kertas, rencana ini terdengar ambisius. Publik pun berharap Indonesia segera meninggalkan ketergantungan pada batu bara yang identik dengan polusi dan beban kesehatan.

Baca Juga: Gantikan Purbaya Yudhi Sadewa yang Jadi Menkeu, Anggito Abimanyu Siap Tinggalkan Kursi Wamenkeu Usai Terpilih Jadi Ketua DK LPS 2025–2030

Namun, kritik muncul lantaran mayoritas proyek energi bersih justru baru diproyeksikan berjalan penuh di awal 2030-an.

Janji Hijau di Ujung Dekade

PLN membagi pembangunan pembangkit dalam dua fase. Periode 2025–2029 hanya menyumbang sekitar 27,9 GW, sementara 2030–2034 mencapai 41,6 GW.

Artinya, sebagian besar kapasitas energi terbarukan baru akan masuk setelah 2030.

Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) menilai pola tersebut masih memberi ruang besar bagi energi fosil.

Baca Juga: Tim Literasi Provinsi Lampung 2025–2030 Dilantik Jumat, Berikut Rangkaian Acaranya

Hingga 2034, pembangkitan listrik dari batu bara dan gas diproyeksikan naik lebih dari 40 persen dibanding 2024, dengan tambahan 16,6 GW pembangkit fosil baru.

“Ketergantungan pada fosil tetap berlanjut,” tulis laporan CREA, 24 September 2025.

Antara Ambisi dan Realitas

Pemerintah sebelumnya menggaungkan program Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai US$20 miliar atau Rp320 triliun.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yoga Pratama Aspirasiku

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X