ASPIRASIKU – Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November akan mengingatkan pada perjuangan guru dan tenaga kependidikan.
Guru menjadi sosok paling depan untuk dunia Pendidikan. Sosok guru inspiratif seringkali diangkat dan diceritakan dalam pidato peringatan Hari Guru Nasional (HGN)
Dilansir Aspirasiku.id melalui laman resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, ada sosok guru inspiratif di dunia Pendidikan.
Baca Juga: Daftar 10 Situs Nonton Film Bioskop Gratis
Hikmat, seorang guru penyandang disabilitas, memiliki kisahnya sendiri sebagai pendidik anak-anak difabel di sekolah luar biasa (SLB) Negeri Batang, Jawa Tengah. Ia adalah seorang tunadaksa.
Hikmat mengaku pertama kali tertarik menjadi guru ketika ia mengajarkan musik kepada anak-anak difabel.
Dari aktivitasnya mengajar anak-anak difabel, ia memahami nilai ketulusan dan kepedulian. Tak jarang, anak-anak didiknya dengan sukarela menghapus papan tulis, merapikan alat belajar, hingga membantu mendorongkan skateboard yang digunakan hikmat untuk mempermudah mobilitasnya.
Baca Juga: Resep Sehat Ala Dr Zaidul Akbar Obat untuk Asam Lambung dan Radang Usus
Bagi hikmat, keterbatasan yang ia miliki justru menjadi teladan bagi anak-anak didiknya untuk bersemangat mengejar mimpi meski di tengah keterbatasan.
“Menjadi sebuah kebanggaan dan nilai plus, bisa menjadi role model dalam pembelajaran. di saat itu saya bangkit memanfaatkan keadaan saya. saya tidak boleh mengeluh karena jika saya mengeluh, mereka akan putus asa,” tuturnya.
Ketika pembelajaran dilakukan tatap muka di sekolah, kelas hikmat didesain menyesuaikan dengan kondisi keterbatasannya.
Baca Juga: Prediksi Skor dan Perkiraan Susunan Pemain Persela Lamongan vs Persik Kediri di BRI Liga 1 Indonesia
Siswa-siswa belajar secara lesehan, dan papan tulis serta alat pendukung belajar disiapkan berukuran rendah.
“Allah memberikan saya ke sini untuk memberikan kesempatan menjadi role model bagi mereka. oleh karena itu, saya manfaatkan kesempatan yang ada untuk jadi manfaat buat orang lain,” tutur Hikmat.
Ia berharap, perhatian pemerintah akan semakin besar untuk anak-anak difabel. menurutnya, klasifikasi kurikulum harus lebih disempurnakan sesuai dengan kondisi anak didik, seperti tunadaksa, tunarungu, tunagrahita, dan lain-lain.