ASPIRASIKU - Pada puncak kejayaan peradaban Islam abad ke-10, lahir seorang tokoh yang namanya abadi dalam sejarah ilmu pengetahuan: Ibnu Sina, atau Avicenna.
Ia bukan sekadar dokter dan filsuf, tetapi juga peneliti jiwa manusia yang pemikirannya mendahului zamannya.
Bagi Ibnu Sina, kesehatan mental tidak hanya berarti bebas dari gangguan, tetapi merupakan pondasi yang menyalakan kecerdasan.
“Pengetahuan pertama manusia adalah ‘Aku ada’,” tulisnya dalam karya monumentalnya, Al-Shifa.
Baca Juga: Test Drive VW GTI 2025 Nyaris Berujung Petaka, Sopir Ternyata Alami Hipoglikemia
Ia menekankan bahwa kesadaran diri adalah titik awal segala ilmu, dan jiwa yang tenang menjadi kunci perkembangan kecerdasan.
Salah satu gagasan terkenalnya adalah eksperimen pikiran “Manusia Melayang”.
Dalam skenario ini, seseorang diciptakan seketika, melayang di udara tanpa merasakan tubuh, melihat, atau mendengar.
Meski terputus dari semua sensasi, orang itu tetap sadar akan keberadaannya.
Baca Juga: Kenali Perbedaan Soft, Medium, dan Hard Compound: Panduan Memilih Ban Motor yang Tepat
Bagi Ibnu Sina, ini membuktikan bahwa jiwa adalah inti manusia, terpisah dari tubuh, dan tidak bergantung pada pancaindra.
Pemikiran tersebut selaras dengan konsep kesehatan mental modern, yang menempatkan kesadaran diri sebagai pijakan dalam mengelola pikiran, emosi, dan tindakan.
Ibnu Sina melihat hubungan erat antara kejernihan jiwa dan kemampuan berpikir kreatif.
Sebagai seorang dokter, ia juga menekankan keseimbangan antara tubuh dan jiwa.