ASPIRASIKU - Dalam arus modernisasi yang terus bergulir, pendidikan karakter menjadi titik balik penting dalam pembangunan manusia Indonesia.
Salah satu bentuk pendidikan karakter yang paling esensial adalah pendidikan budi pekerti. Dalam konteks keindonesiaan, pendidikan ini tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai luhur Pancasila, dan lebih jauh lagi, dari pemikiran tokoh pendidikan nasional: Ki Hadjar Dewantara.
Pertanyaannya, bagaimana sebenarnya Ki Hadjar menjelaskan tentang budi pekerti, dan bagaimana ajarannya dapat diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila?
Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, tidak hanya dikenal sebagai peletak dasar sistem pendidikan di Indonesia, tetapi juga sebagai pemikir besar dalam hal etika, moral, dan pembentukan watak manusia.
Baca Juga: Konflik Memanas, Iran Pastikan Balasan Proporsional ke Israel Selama Masih Terus Diserang
Baginya, pendidikan bukanlah sekadar transmisi pengetahuan, melainkan proses pembentukan manusia seutuhnya. Di sinilah konsep budi pekerti mendapat tempat yang sangat penting.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti adalah perpaduan dari tiga unsur utama dalam diri manusia: cipta, rasa, dan karsa.
Cipta merujuk pada kemampuan berpikir, rasa pada kepekaan hati, dan karsa pada kemauan atau kehendak. Ketiganya harus bersinergi agar seseorang memiliki akhlak yang luhur dan dapat hidup harmonis dalam masyarakat.
Artinya, budi pekerti bukan sekadar "berperilaku baik", tetapi mencerminkan integritas batin yang mendalam.
Lebih lanjut, Ki Hadjar menekankan bahwa pendidikan budi pekerti harus diajarkan sejak dini melalui contoh nyata, bukan sekadar nasihat.
Guru dan orang tua harus menjadi teladan dalam keseharian, karena anak-anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat ketimbang dari apa yang mereka dengar.
Pendidikan budi pekerti yang efektif adalah pendidikan yang membudaya dalam lingkungan hidup anak.