ASPIRASIKU - Peran yang terjadi di Gaza tak hanya bawa dampak buruk bagi pembangunan dan perekonomian kota, tapi juga nasib pendidikan anak-anak di sana yang memburamkan potret masa depannya.
Anak-anak di Gaza, tanah yang terus menyusut akibat serangan berkelanjutan, kini mengalami mimpi buruk terburuk mereka.
Mereka tidak hanya kehilangan hak-hak dasar mereka, tetapi juga harus menghadapi kengerian perang yang menghantui setiap langkah mereka.
Adil, seorang anak berusia 9 tahun, masih mengingat bagaimana serangan udara Israel mengubah hidupnya menjadi reruntuhan harapan.
Saat ini, dia tinggal di tenda di Rafah, dengan luka-luka perang yang menghiasi tubuhnya.
Bersama lebih dari 900.000 anak lainnya, Adil terpaksa mengalami penderitaan pindah-pindah akibat serangan yang tak kenal ampun.
Nasir, yang berusia 10 tahun, dilahirkan dengan penyakit ginjal kronis.
Namun, di tengah konflik yang melanda Gaza, upayanya untuk mendapatkan perawatan medis menjadi penuh tantangan.
Setiap hari, dia harus menempuh perjalanan yang berisiko menuju rumah sakit, hanya untuk menemui keputusasaan karena ketersediaan obat yang terbatas dan fasilitas yang terganggu oleh serangan.
Baca Juga: Mengapa Nabi Ibrahim Tidak Menyukai Pekerjaan Ayahnya? 4 Alasan Ini Jadi Penjelasannya
Sementara itu, Nour, seorang gadis berusia 14 tahun, merasakan impian masa kecilnya hancur di tengah reruntuhan perang.
Matematika dan fisika, yang dulunya menjadi pelajaran favoritnya, kini menjadi bayang-bayang dari masa lalu yang terluka.