"Kita berbeda agama, suku bangsa di Indonesia bukan sesuatu yang baru. Berbeda agama itu sudah berabad-abad dari zaman Islam wali songo," jelasnya.
UAS berpendapat bahwa masalah ini hanyalah masalah sensitifitas. Masyarakat yang tengah mengalami kesulitan dengan kenaikan ekonomi menjadikannya sensitif.
"Sebenernya masalah intinya bukan di situ, ibarat orang sedang sakit gigi itu orang sakit gigi sedang sensitif. Ujung kukunya disenggol dikit, ngamuk dia," terang UAS.
Karena persoalan yang menumpuk itulah sehingga pada akhirnya meledak.
"Jadi ini banyak masalah yang mengkristal seperti snow ball seperti bola salju menjadi pemicu yang sangat besar," kata dia.***