DUH! Krisis Regenerasi dan Penyusutan Lahan Ancam Masa Depan Pertanian Indonesia

photo author
- Selasa, 1 Juli 2025 | 06:00 WIB
Krisis Regenerasi dan Penyusutan Lahan Ancam Masa Depan Pertanian Indonesia (Pexels.com/Tom Fisk)
Krisis Regenerasi dan Penyusutan Lahan Ancam Masa Depan Pertanian Indonesia (Pexels.com/Tom Fisk)

ASPIRASIKU – Krisis regenerasi petani dan penyusutan lahan pertanian menjadi tantangan nyata yang mengancam ketahanan pangan nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan signifikan jumlah petani perorangan sejak 2013.

Jumlah petani yang semula mencapai 31,70 juta kini tinggal 29,34 juta orang atau turun 7,45 persen.

Baca Juga: Dari Ladang Kopi Menuju Kampus IPB, Ini Kisah Perjuangan Asti, Anak Petani yang Raih Golden Ticket

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bahkan terjadi penurunan drastis hingga 26,26 persen dalam satu dekade terakhir, dengan sekitar 153 ribu petani meninggalkan sektor pertanian.

Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M.Agr., Ph.D., menyebutkan bahwa seluruh wilayah di Indonesia saat ini mengalami penurunan produktivitas sektor pertanian, baik dari sisi jumlah petani maupun ketersediaan lahan.

“Alih fungsi lahan berlangsung sangat cepat, terutama di Pulau Jawa. Di sisi lain, rata-rata usia petani Indonesia saat ini mencapai 50 tahun. Tanpa regenerasi, kita bisa menghadapi krisis petani dalam 10 hingga 20 tahun mendatang,” ujar Bayu, dikutip dari laman ugm.ac.id.

Baca Juga: BRI Salurkan KUR Rp69,8 Triliun hingga Mei 2025, Sektor Pertanian Jadi Penyerap Terbesar

Ia menambahkan, krisis ini diperparah dengan citra pertanian yang dinilai tidak menarik dan tidak menjanjikan dari segi ekonomi.

“Pemerintah perlu mengubah mindset ini. Pertanian harus dikenalkan sebagai sektor modern yang produktif, salah satunya lewat teknologi dan inovasi,” jelasnya.

Bayu menilai, pengenalan teknologi pertanian harus dilakukan sejak dini, bahkan sejak pendidikan dasar.

Baca Juga: Inovasi 4 In 1 Dosen Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Dr. Anang Lastriyanto, Kembangkan Teknologi Pengolahan Madu

Ia menyarankan agar pertanian dan inovasinya dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sebagai upaya jangka panjang membentuk pandangan positif terhadap sektor ini.

“Program petani milenial seharusnya tidak sekadar jadi proyek atau slogan. Kita butuh pendekatan edukatif sejak TK, SD, hingga SMA. Misalnya, mengenalkan penggunaan drone dalam pertanian bisa menarik minat anak muda,” tambahnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yoga Pratama Aspirasiku

Sumber: ugm.ac.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X