"Padahal dulu tidak begitu. Kalau bersaing ya sudah bersaing. Tidak ada pakai tim sukses, orang yang hebat bisa naik waktu itu," ungkap Mahfud.
"Dan tidak administratif. Dulu kewibawaan akademik tinggi. Nah, sekarang juga banyak melahirkan," sebut Mahfud.
Sarjana Tukang dan Jual Beli Ijazah
Pernyataan Mahfud semakin mengejutkan saat ia mengungkap fenomena mencoreng dunia pendidikan: lahirnya "sarjana tukang" yang diperoleh melalui praktik jual-beli gelar.
"Saya minta maaf istilah yang lama dulu menjelang runtuhnya orde baru itu ada istilah intelektual tukang atau sarjana tukang," terangnya.
"Sekarang sudah banyak, masa kini sarjana tukang itu muncul lagi. Jual beli gelar, jual beli ijazah, dan sudah tidak tahu malu lagi, antara yang membeli maupun yang menjual," terangnya.
Ia berharap pemerintah dan masyarakat akademik segera membenahi kondisi ini.
"Kewibawaan akademik harus kita pulihkan. Kampus seharusnya menjadi benteng moral, bukan sekadar pabrik ijazah," pungkasnya.***