ASPIRASIKU - Bulan Ramadhan tidak hanya menjadi waktu beribadah dan menahan diri, tetapi juga menyimpan berbagai tradisi khas yang diwariskan turun-temurun di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah Qunutan atau yang juga dikenal dengan Ngupat.
Qunutan biasanya dilaksanakan pada malam ke-15 Ramadhan, menjadi momentum syukur sekaligus ajang mempererat kebersamaan antarwarga.
Tradisi ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat yang menjalankannya. Lantas, bagaimana sejarah dan filosofi di balik tradisi ini? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Baca Juga: Adab-adab Dalam Membaca Al-Quran! Lakukan Ini Agar Pahalanya Maksimal
Sejarah Tradisi Qunutan
Meski tidak ada catatan pasti mengenai awal mula tradisi ini, beberapa sumber menyebut bahwa Qunutan telah ada sejak zaman Kesultanan Demak pada tahun 1524.
Ketika itu, Islam mulai menyebar ke wilayah barat, termasuk Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten.
Sunan Gunung Jati, dengan dukungan pasukan dari Demak, berhasil menguasai pelabuhan Banten dan mendirikan kesultanan di sana.
Untuk merayakan keberkahan di bulan suci, masyarakat membagikan ketupat kepada sesama sebagai bentuk rasa syukur.
Baca Juga: Gula Aren Temon Tembus Pasar Ekspor, UMKM Pacitan Makin Berkembang Berkat Dukungan BRI
Mengenal Tradisi Qunutan di Berbagai Daerah
Di beberapa daerah, terutama di Jawa, tradisi Qunutan identik dengan perayaan makan bersama menggunakan ketupat. Berikut tata cara pelaksanaannya:
1. Menjelang Maghrib, warga membawa ketupat yang telah matang ke masjid atau mushola.