ASPIRASIKU - Pengeritan bulan Syaban adalah bulan hijriyah di antara Rajab dan Ramadhan.
Di bulan inilah amalan manusia diangkat ke sisi Allah SWT. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad Saw:
أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ. قَالَ .(ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ).
Artinya:
Usamah bin Zaid ra. berkata, aku bertanya kepada Rasulallah saw.,
“Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa satu bulan dari bulan yang lain sebagaimana engkau puasa pada bulan Sya’ban?”
Rasulullah saw., menjawab: “Bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilupakan. Ia berada di antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan itulah amal perbuatan manusia diangkat ke sisi Tuhan pengatur seluruh alam. Karena itu aku senang saat amal perbuatanku diangkat dan aku sedang berpuasa”. (HR. An-Nasai).
Baca Juga: Bulan Puasa 2022 Berapa Hari Lagi? Ini Jawaban Lengkap tentang Pelaksanaan Ramadhan 1443 H
Menurut Syams ad-Din ibn al-Qayyim, ada 3 makna yang dapat diambil dari lebih banyaknya Nabi saw., berpuasa pada bulan Sya’ban atau puasa Syaban, yaitu:
1. Nabi Muhammad Saw., berpuasa tiga hari di setiap bulan (ayyamul bidh)
2. Beliau melakukan itu untuk memuliakan atau mengagungkan bulan Ramadhan. Puasa ini seperti shalat sunat sebelum shalat fardu.
3. Karena pada bulan Sya’ban amal perbuatan seoarang hamba akan diangkat, maka Nabi Saw., lebih senang ketika hal itu dilakukan ketika beliau sedang berpuasa.
Baca Juga: Pengumuman Prakerja Gelombang 23: Cek Sekarang Juga, Jika Ada Notifikasi Ini Selamat Anda Lolos