Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan, Masyarakat Semarang Masih Lestarikan Dugderan

- Jumat, 17 Maret 2023 | 20:30 WIB
Tradisi masyarakat Semarang menyambut bulan Ramadhan dengan menggelar Dugderan. (Dok. Pemkot Semarang)
Tradisi masyarakat Semarang menyambut bulan Ramadhan dengan menggelar Dugderan. (Dok. Pemkot Semarang)

ASPIRASIKU - Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Semarang.

Bulan Ramadhan yang dinanti-nanti ini selalu disambut dengan sukacita dan penuh kebersamaan dengan masyarakat Semarang.

Setiap daerah di Indonesia tentu memiliki tradisi dan kebiasaan tersendiri dalam menyambut bulan Ramadhan, begitu juga dengan masyarakat di Semarang.

Baca Juga: Tanggal Ramadhan 2023, Kapan Sidang Isbat Digelar? Berikut Jadwalnya

Di Semarang, punya kebiasan tersendiri dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan atau bulan puasa, yang disebut dengan dugderan.

Tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 1881 sampai sekarang. Tradisi Dugderan mirip seperti pesta rakyat. Rangkaian acaranya terdapat tari-tarian, karnaval, serta tabuh bedug.

Tradisi Dugderan menjadi salah satu tradisi yang masih terus dilestarikan di kota Semarang.

Baca Juga: Kronologi Kecelakaan Laka Lantas Beruntun yang Libatkan 3 Kendaraan di Cilegon

Selain sebagai bentuk ungkapan kegembiraan dan kebersamaan, Dugderan juga dianggap sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan terhadap bulan Ramadhan.

Rangkaian acara Dugderan dimulai dari upacara pengambilan air di sungai atau sumber mata air. Air yang diambil tersebut kemudian dipakai untuk mandi wajib sebelum puasa.

Setelah itu, diadakan pawai yang dipimpin oleh maskot Dugderan bernama Warak Ngendog, berupa kambing dengan kepala naga lengkap dengan kulit bersisik dari kertas warna-warni dan dilengkapi dengan telur rebus. Warak Ngendog melambangkan kesuburan, kelimpahan, dan keberuntungan.

Baca Juga: Bagaimana Pelatih Jurgen Kloop Menganalogikan Kekalahan Liverpool dari Real Madrid

Tidak hanya itu, selama rangkaian acara Dugderan juga terdapat tarian-tarian dan karnaval yang dipimpin oleh pemuda-pemuda setempat.

Tarian-tarian yang ditampilkan memiliki makna dan pesan tersendiri yang mengandung nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan.

Halaman:

Editor: Adi Gunawan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X