ASPIRASIKU - Dunia siber kembali diguncang oleh insiden mengejutkan: serangan Distributed Denial of Service (DDoS) terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah.
Dalam waktu hanya 45 detik, volume data yang dilancarkan mencapai 37,4 terabyte—setara dengan mengirim lebih dari 9.000 film HD secara bersamaan.
Serangan luar biasa ini berhasil digagalkan oleh perusahaan keamanan siber global, Cloudflare, yang menyatakan bahwa puncak trafik berbahaya mencapai 7,3 terabit per detik (Tbps), diarahkan ke satu alamat IP target.
Baca Juga: Tiga Kota Luluh Lantak! Trump Umumkan Serangan Besar ke Jantung Nuklir Iran
“Total jumlah data yang dikirim ke target adalah 37,4 terabyte, yang mungkin tidak terlihat luar biasa pada pandangan pertama,” tulis Cloudflare dalam blog resminya, dikutip Minggu, 22 Juni 2025.
“Namun yang membuatnya mencengangkan adalah intensitas dan kecepatannya.”
Cloudflare mengidentifikasi bahwa pelaku memanfaatkan protokol User Datagram Protocol (UDP) sebagai vektor utama serangan.
Baca Juga: BRI Apresiasi Merchant EDC Lewat Loyalty Poin Cashier 2025, Transaksi Digital Naik 68,42 Persen
UDP yang sering digunakan untuk aplikasi real-time seperti video streaming dan gim daring, tidak memerlukan proses verifikasi (handshake), sehingga dapat dieksploitasi untuk mengirim trafik besar tanpa hambatan.
Tak hanya itu, serangan ini juga melibatkan teknik refleksi, di mana pelaku memalsukan alamat IP korban dan mengirim permintaan ke server pihak ketiga seperti NTP, QOTD, atau Echo Protocol.
Server-server ini kemudian secara otomatis mengirimkan tanggapan besar ke alamat IP korban, menyebabkan banjir data dari berbagai sumber.
Walaupun intensitas serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya, Cloudflare memastikan tidak ada dampak berarti yang ditimbulkan.
Sistem mitigasi milik mereka berhasil menyaring dan memblokir seluruh lalu lintas berbahaya secara real-time.