ASPIRASIKU - Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia kembali mencuat ke hadapan publik usai Presiden AS Donald Trump secara terbuka mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hal ini menyusul percakapan via telepon keduanya yang membahas konflik berkepanjangan di Ukraina.
Percakapan yang berlangsung pada Sabtu, 5 Juli 2025 itu merupakan momen pertama yang diumumkan secara resmi ke publik, meskipun bukan kali pertama keduanya berdialog.
Namun, hasilnya dinilai jauh dari harapan.
Baca Juga: Mobil Listrik Wuling Air EV Terbakar di Bandung, Netizen Soroti Keamanan dan Risiko Korsleting
Trump dalam keterangannya menyebut percakapan tersebut tidak membawa kemajuan berarti, bahkan ia mengaku frustrasi.
“Itu adalah panggilan telepon yang cukup panjang. Kami membicarakan banyak hal, termasuk Iran dan perang dengan Ukraina. Saya sangat tidak senang dengan itu,” ujarnya dikutip dari The Moscow Times, Minggu (6/7).
Ia bahkan menyebut percakapan itu "suram" dan mengisyaratkan bahwa kesabaran AS terhadap Rusia kian menipis.
Baca Juga: Garuda Pertiwi Gagal Lolos ke Piala Asia Putri 2026, Erick Thohir Sampai Bilang Begini
Trump tak menutup kemungkinan akan kembali memberlakukan sanksi ekonomi yang lebih keras terhadap Moskow.
“Kami berbicara banyak soal sanksi. Dia (Putin) memahami bahwa sanksi itu mungkin akan terjadi,” katanya saat memberi pernyataan di atas pesawat kepresidenan Air Force One, sebagaimana dilansir AP News.
Putin Tegas: Rusia Tak Akan Menyerah
Sementara itu dari Moskow, Presiden Vladimir Putin melalui ajudan Kremlin Yuri Ushakov menyampaikan sikap tegas Rusia yang tidak akan mundur dari misinya di Ukraina.