ASPIRASIKU - Di kawasan Banjar Belong, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, deru mesin grinder dan alat-alat saling bertumbuk telah menjadi harmoni sehari-hari bagi masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai perajin batu paras taro.
Klaster Usaha Paras Taro, yang dipimpin oleh I Wayan Parnata, telah menjadi salah satu pionir dalam mengembangkan potensi kerajinan paras taro di daerah tersebut.
Banjar Belong telah lama dikenal sebagai daerah dengan potensi besar dalam kerajinan paras taro.
Baca Juga: Jualan Es Teh Jadi Laris Manis Gara-gara Resep Es Teh Solo Ini, Rahasiannya Itu Karena...
Klaster Usaha Paras Taro menjadi rumah bagi para perajin yang bersatu untuk menghasilkan berbagai produk, terutama yang berhubungan dengan tempat peribadatan masyarakat Hindu.
Candi, angkul-angkul, tembok, dan pelinggih adalah beberapa produk unggulan yang dihasilkan oleh klaster ini.
I Wayan Parnata, sebagai ketua klaster, memiliki peran penting dalam membimbing dan memenuhi kebutuhan anggota klaster.
Baca Juga: Contoh Narasi Raport TK Kurikulum 2013 Semester 1 Jika Belum Berubah ke Kurikulum Merdeka
Keberhasilan klaster ini juga tidak terlepas dari dukungan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.
BRI memberikan dukungan berupa akses layanan keuangan, pembinaan, serta bantuan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan para perajin.
Pada awalnya, I Wayan Parnata menceritakan kesulitan dalam pemilihan material untuk kerajinan.
Setelah beberapa kali mencoba, pada tahun 2010, mereka menemukan tanah liat hitam sebagai bahan yang cocok dan berkualitas.
Sejak itu, bahan inilah yang menjadi andalan dalam pembuatan produk kerajinan.