Pertama-tama, ujian tertulis yang digunakan adalah pilihan ganda dan esai yang menilai pemahaman konsep dan kemampuan analisis peserta didik.
Meskipun format ujian tertulis ini lebih tradisional, namun dapat dianggap sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik di tingkat sekolah menengah.
Peserta didik pada tingkat ini telah mencapai tingkat pemahaman dan kematangan kognitif yang memungkinkan mereka untuk menjawab pertanyaan dengan analisis lebih mendalam.
Baca Juga: Contoh Refleksi Pembelajaran, Gambaran Pengalaman Belajar yang Telah Diberikan
Namun, perlu dicatat bahwa karakteristik lingkungan juga perlu dipertimbangkan.
Sekolah tersebut memiliki kelas yang cukup besar dengan variasi latar belakang dan kemampuan siswa.
Oleh karena itu, adopsi berbagai jenis asesmen, seperti ujian kelompok atau proyek berbasis tim, mungkin lebih mencerminkan keberagaman dan mendukung gaya belajar yang berbeda di antara peserta didik.
Baca Juga: 10 Fakta Menarik tentang Kucing, Ini yang Tak Banyak Orang Ketahui
Dalam konteks kemampuan peserta didik, ujian tertulis memberikan ruang bagi peserta didik yang lebih cenderung mengekspresikan diri secara tertulis dan analitis.
Meskipun demikian, saya merenung apakah ada alternatif asesmen yang dapat lebih mendorong partisipasi dan ekspresi peserta didik yang mungkin kurang percaya diri dalam kemampuan menulis atau lebih aktif dalam pembelajaran praktis.
Aspek yang menarik dari asesmen ini adalah bahwa setelah pemberian nilai, guru menyediakan waktu bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik atas proses pembelajaran.
Baca Juga: 10 Fakta Menarik tentang Negara Singapura, Mulai Menabung dan Rencanakan Pergi Berlibur
Umpan balik ini dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Ini menciptakan kesempatan bagi guru untuk memahami bagaimana peserta didik merespon asesmen dan sejauh mana mereka merasa terbantu oleh metode evaluasi yang digunakan.