nasional

Kisah Pilu Korban Banjir Bandang Aceh Tamiang: Tak Minta Uang, Hanya Ingin Mukena dan Selimut

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:07 WIB
Kisah Pilu Seorang Ibu Korban Bencana di Aceh Tamiang yang Berada di Terpal Seadanya, Butuh Selimut (Instagram@rumpi_gosip)

Aceh Tamiang, ASPIRASIKU — Sejumlah wilayah pedesaan di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, dilanda banjir bandang hingga tanah longsor pada akhir November 2025 lalu.

Bencana besar tersebut meninggalkan duka mendalam bagi ribuan warga yang terdampak.

Berdasarkan data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dirilis pada Sabtu, 13 Desember 2025, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor di Aceh Tamiang mencapai 58 orang.

Selain itu, Aceh Tamiang tercatat sebagai daerah dengan jumlah pengungsi terbanyak di antara kabupaten/kota terdampak bencana di Provinsi Aceh.

Baca Juga: Video Viral Ungkap Jalanan Aceh Tamiang Lembek Usai Banjir, Alat Berat Sulit Masuk

“(Sebanyak) 252,6 ribu pengungsi bencana banjir bandang dan tanah longsor di Aceh Tamiang,” demikian tertulis dalam laporan BNPB.

Lebih dari dua pekan pascabencana, kondisi para pengungsi masih memprihatinkan.

Banyak warga kehilangan tempat tinggal, harta benda, serta kesulitan memenuhi kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Situasi tersebut memicu keprihatinan luas dari publik di berbagai daerah.

Salah satu kisah yang menyentuh hati datang dari seorang ibu korban banjir bandang di pedalaman Aceh Tamiang.

Baca Juga: Putra Asli Aceh, Kombes Pol Dedy Tabrani Dilantik Jadi Kepala BNNP Aceh

Cerita pilu itu viral di media sosial usai diunggah akun Instagram @rumpi_gosip pada Sabtu, 13 Desember 2025.

Dalam video tersebut, sang ibu mengaku tidak lagi membutuhkan bantuan uang tunai. Ia justru menyampaikan permintaan sederhana yang menyayat hati.

“Saya tidak butuh uang, saya hanya ingin mukena dan kain sarung,” ujarnya lirih.

Ia menuturkan, suaminya saat ini sedang sakit dan membutuhkan selimut untuk menghangatkan tubuh.

Halaman:

Tags

Terkini