ASPIRASIKU - Bagi para pengungsi di Bener Meriah, Aceh Tengah, kebahagiaan hadir dalam bentuk yang sangat sederhana.
Setelah tiga pekan hidup dalam kegelapan akibat terputusnya aliran listrik, cahaya lampu akhirnya kembali berpijar dan menjadi sumber harapan baru di tengah situasi sulit.
Momen haru tersebut terekam dalam sebuah video yang diunggah akun TikTok @zaits_bf pada Senin, 15 Desember 2025.
Dalam video itu terlihat suasana dapur umum yang menjadi pusat aktivitas para ibu pengungsi yang setiap hari menyiapkan makanan bagi ratusan warga terdampak bencana.
Baca Juga: Apakah Ini Waktu yang Tepat untuk Membeli Bitcoin? Analisis Ahli dan Prospek Harga
Awalnya, dapur umum tampak remang-remang. Para ibu tetap beraktivitas di tengah keterbatasan pencahayaan, ditemani suara relawan yang berusaha menenangkan dan memberi semangat.
“Ibu-ibu sabar ya ibu-ibu, ya,” ujar seorang relawan di sela aktivitas memasak.
Tak berselang lama, suara deru mesin genset terdengar. Sesaat kemudian, lampu-lampu di dapur umum menyala dan menerangi seluruh ruangan. Suasana yang semula sunyi seketika berubah menjadi riuh oleh ungkapan rasa syukur.
“Alhamdulillah ya Allah, terima kasih,” ucap para ibu secara serempak dengan nada penuh kelegaan dan haru.
Kehadiran listrik, meski hanya bersumber dari genset, memberikan dampak besar bagi psikologis para pengungsi. Cahaya lampu menjadi tanda bahwa bantuan terus berdatangan dan mereka tidak sendirian menghadapi masa sulit.
“Hidup ya bu, ada bantuan,” seru salah seorang warga dengan antusias.
Kabar menyalanya lampu pun segera disampaikan kepada pengungsi lain yang berada di tenda-tenda maupun ruang perawatan darurat.
“Udah ada lampu, udah ada lampu,” kata seorang warga sambil menyebarkan kabar gembira tersebut.
Bagi warga Bener Meriah, menyalanya lampu setelah 21 hari hidup dalam kegelapan bukan sekadar soal penerangan. Cahaya itu menjadi simbol bangkitnya kembali denyut kehidupan serta secercah harapan di tengah bencana yang mereka hadapi.