ASPIRASIKU – Aksi demonstrasi besar-besaran di Kathmandu, Nepal, pada Rabu, 10 September 2025, berakhir ricuh dengan penyerangan terhadap gedung parlemen.
Kerusuhan yang berlangsung sejak Selasa malam hingga Rabu pagi itu menelan korban jiwa, menyebabkan kerusakan parah, hingga memicu pengunduran diri dua pucuk pimpinan negara.
Angkatan Darat Nepal melaporkan sedikitnya 27 orang ditangkap atas tuduhan penjarahan, pembakaran, dan aksi anarkis lain di Kathmandu maupun wilayah sekitar.
Dari tangan para tersangka, aparat menyita uang tunai hasil jarahan sebesar NPR 3,37 juta (setara Rp393 juta).
Baca Juga: Hakim Djuyamto Akui Terima Suap Rp40 Miliar dalam Kasus Vonis Lepas Ekspor CPO
Bentrok antara demonstran dan aparat juga menimbulkan korban luka. Sedikitnya 24 anggota kepolisian dan tiga warga sipil harus dirawat di rumah sakit militer.
Untuk mengendalikan situasi, otoritas mengerahkan tiga unit mobil pemadam kebakaran memadamkan api di sejumlah titik demonstrasi.
Revolusi Gen Z: Dari Aksi Damai Jadi Tragedi
Aksi yang dijuluki “Revolusi Gen Z” awalnya digagas ribuan anak muda Nepal pada Selasa, 9 September 2025.
Mereka menuntut perubahan politik, pemberantasan korupsi, dan pencabutan larangan penggunaan media sosial.
Baca Juga: Baru Dilantik, Menkeu Purbaya Langsung Dikecam DPR soal Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen
Namun, situasi berubah tegang ketika aparat membubarkan massa dengan gas air mata, meriam air, hingga peluru tajam.
Bentrokan pun tak terhindarkan dan berujung 22 orang tewas. Amarah massa semakin meluas dengan menyasar gedung parlemen dan bahkan hotel Hilton di Kathmandu.
Memanasnya situasi akhirnya membuat Perdana Menteri Sharma Oli dan Presiden Ram Chandra Paudel memilih mundur dari jabatannya.