ASPIRASIKU - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki urgensi lebih tinggi dibandingkan penciptaan lapangan kerja.
Menurutnya, masalah kekurangan gizi di Indonesia tidak bisa hanya diselesaikan dengan memberikan pekerjaan kepada masyarakat.
"Banyak yang bertanya, 'Kenapa harus memberi makan? Kenapa tidak cukup menciptakan lapangan kerja saja?'
Baca Juga: Siap Daftar? Sekolah Rakyat Akan Dibuka Juli 2025, Ini Daftar Lokasinya!
Namun, solusi itu tidak akan cukup cepat mengatasi persoalan gizi," ujar Rachmat dalam acara di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Sabtu, 22 Maret 2025.
Berdasarkan data Bappenas, sekitar 180 juta penduduk Indonesia masih mengalami defisit gizi yang signifikan. Kondisi ini berdampak serius terhadap kesehatan masyarakat dan bahkan berujung pada kematian.
"Dari statistik kami, terdapat 180 juta orang Indonesia yang tidak mendapatkan kecukupan gizi. Akibatnya, 50 ribu bayi lahir dalam kondisi cacat, 1 juta orang terkena tuberkulosis (TBC), dan setiap tahunnya 100 ribu orang meninggal akibat penyakit ini.
Baca Juga: Sekolah Rakyat Segera Dibuka! Seleksi Guru dan Murid Dimulai April 2025
Semua ini berakar pada kurangnya asupan gizi yang layak," jelasnya.
Program MBG yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto dianggap sebagai langkah nyata dalam menciptakan generasi unggul.
Rachmat menegaskan bahwa makanan bergizi berperan penting tidak hanya dalam aspek fisik dan kecerdasan, tetapi juga dalam meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
"Kondisi tubuh, kecerdasan, kemampuan fisik, dan daya pikir seseorang sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsinya," tambahnya.
Baca Juga: Revolusi Pendidikan! Prabowo Bangun 200 Sekolah Rakyat, Gratis dan Berasrama!
Ia juga menyoroti pentingnya memberikan asupan gizi yang cukup sebelum berbicara mengenai pendidikan dan kesehatan anak-anak.