ASPIRASIKU - Bandar Lampung mengalami banjir paling parah yang pernah terjadi pada Sabtu 24 Februari yang menerpa sejumlah kecamatan dan 11 titik.
Banjir bandang ini jauh lebih buruk jika dibandingkan banjir besar yang pernah terjadi sebelumnya yaitu di tahun 2013 dan 2017 lalu.
Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung ada beberapa hal yang membuat banjir di Bandar Lampung makin parah dibandingkan kejadian sebelumnya.
Penyebab banjir bukan hanya karena debit air yang terlalu banyak akibat hujan deras. Tapi juga penanganan dan program pencegahan yang tidak optimal.
Baca Juga: Hore! Warga Bandar Lampung Mulai Terima Bantuan Beras 10 Kg, Disalurkan ke Seluruh Kecamatan
Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri mengatakan penyebab banjir ini juga bukan hanya karena terjadinya pendangkalan sungai akibat sedimentasi. Tapi karena berbagai faktor yang harus dibenahi secara menyeluruh.
Yang pertama sistem drainase di Bandar Lampung adalah peninggalan era 80-an dan 90-an. Sehingga daya tampungnya sudah tidak mencukupi lagi dengan kondisi Kota Bandar Lampung saat ini.
Sistem draninase yang dibangun 40 tahun lalu, sudah tidak relevan dan tak mampu menyalurkan air saat terjadi hujan deras.
“Harus ada restrukturisasi sistem drainase kota karena yang ada hari ini peninggalan tahun 80-an 90-an. Sedangkan saat ini daya tampungnya sudah tidak mencukupi, dan tidak sesuai dengan keadaan saat drainase itu dibuat akibatnya luapan air makin meningkat,” kata Irfan saat ditemui di Kantor Walhi, Minggu (25/2/2024).
Baca Juga: Sinopsis Drama Korea Doctor Slump Episode 11 Tayang Sabtu Depan, Haneul dan Jeongwo Semakin Romantis
Selain itu, kondisi banjir diperparah dengan beberapa hal lain, seperti pengelolaan sampah yang buruk serta berkurangnya daerah tangkapan air dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
“Sistem pengelolaan sampah juga harus diperbaiki, bagaimana Pemkot meminimalisir sampah-sampah yang seharusnya bermuara ke TPA tidak lagi bermuara ke Sungai,” ujarnya.
Selain itu, Irfan juga menyoroti berkurangnya ruang terbuka hijau serta alih fungsi lahan yang terus terjadi di berbagai wilayah, termasuk daerah perbukitan.
Saat hujan deras, harusnya debit air bisa mengalir ke daerah tangkapan air dan mengurangi dampak banjir.
“Saat ini terus terjadi alih fungsi lahan, termasuk RTH dan daerah resapan air. Ini salah satu penyebab air membludak. Sebenarnya RTH bisa dilakukan peningkatan tidak hanya secara kuantitas tapi juga kualitas yang diberlakukan di semua titik,” ungkapnya.