ASPIRASIKU - Sebanyak 6 organisasi lintas agama di Provinsi Lampung sepakat menggelar deklarasi pemilu damai 2024.
Deklarasi pemilu damai ini digelar di GSG Gentiaras Xaverius Way Halim, Bandarlampung, Sabtu (19/8/2023) dab diikuti 6 organisasi, yaitu Pemuda Katolik, GP Ansor, Gemabudhis, GAMKI, Peradah dan PP Muhamadiah.
Deklarasi ini dihadiri perwakilan dari KPU Provinsi Lampung, Kesbangpol, DPRD Lampung, dan ratusan tamu undangan.
Berikut 4 poin yang dibacakan organisasi kepemudaan saat Deklarasi pemilu damai.
Satu, Siap mewujudkan Pemilu serentak 2024 di Provinsi Lampung yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Baca Juga: Viral Terjatuh Perbaiki Tali Bendera Upacara HUT RI ke-78, Pelatih Paskibraka Diganjar Penghargaan
Dua, siap mewujudkan situasi yang kondusif, tertib, berintegritas, damai dan menggembirakan pada penyelenggaraan Pemilu 2024 di Provinsi Lampung.
Tiga, bahwa kami dengan tegas menolak segala bentuk tindakan yang membuat gaduh proses pemilihan umum, seperti ujaran kebencian dan hoax atas dasar SARA, intoleransi dan radikalisme agama serta politik uang.
Empat, siap mendukung pengekkan hukum yang berlaku dalam mewujudkan penyelenggaraan Pemilu 2024 di wilayah Provinsi Lampung yang damai.
Ketua Pemuda Katolik Komda Lampung, Falentinus Andi mengatakan, deklarasi ini untuk memastikan di Provinsi Lampung tidak akan terjadi perpecahan karena beda pilihan saat Pemilu.
“Kita menyikapi tahun politik dan situasi yang berkembang di Masyarakat. Di media sosial secara terbuka bahasa negatif untuk memprovokasi dan memecah belah sudah sangat kita rasakan apalagi mengahdapi pemilu mendatang,” kata Falentinus.
Baca Juga: Ribut Rumah Tangga, Suami di Wonosobo Tanggamus Ini Tebas Istri dan Anak Tiri saat Tertidur
“Kritikan ini diarahkan untuk lawan politik yang tidak sesuai dengan pilihannya dianggap sebagal lawan. Padahal kita adalah satu, anak bangsa Indonesia,” tambahnya.
Menurutnya, saling mengkritik antar peserta Pemilu sah-sah saja. Tapi bukan menghujat dan menyampaikan ujaran kebencian atas dasar SARA, intoleransi dan radikalisme agama.
“Nilai luhur kita terkenal dengan sopan santunnya, kritik boleh tetapi narasinya harus baik juga,” ujarnya