Material vulkanik yang terus menumpuk dinilai menjadi faktor pemicu.
“Yang kami khawatirkan saat ini adalah potensi bencana kedua. Erupsi masih terjadi 36 hingga 45 kali dalam 12 jam," jelas Hadi.
Material tersebut berpotensi terbawa hujan deras menuju aliran sungai berhulu di puncak Semeru.
PVMBG menyebut lereng dan puncak gunung kini dipenuhi material vulkanik yang mudah runtuh.
Aktivitas masyarakat, termasuk penambang pasir, dilarang keras berada dalam radius 20 kilometer arah tenggara hingga selatan.
Area steril 8 kilometer dari puncak juga tetap diberlakukan untuk menghindari lontaran batu pijar.
Awan Panas Meluncur 5,5 Kilometer
Kondisi kritis ini bermula dari erupsi besar pada 19 November 2025. Warga sekitar lereng sempat panik saat guguran awan panas meluncur deras dari puncak.
Kepala BPBD Lumajang, Isnugroho melaporkan bahwa awan panas tersebut menjangkau sejauh 5,5 kilometer ke arah Besuk Kobokan.
Kolom abu pekat membumbung ke arah barat laut hingga utara, disertai amplitudo seismograf 40 milimeter dengan durasi erupsi 16 menit 40 detik.
Baca Juga: CBA Pertanyakan LHKPN Plt Dirut Bank BJB, Gubernur Jabar Diminta Teliti Ulang Harta Ayi Subarna
“Gunung Semeru luncurkan awan panas guguran sejauh 5,5 kilometer ke arah Besuk Kobokan,” ujarnya.
Hingga kini, aktivitas erupsi Semeru masih menjadi dasar penetapan status Awas, dengan imbauan kuat agar warga tidak memaksakan diri berada di zona rawan bencana.***