ASPIRASIKU - Berita pengungsi Rohingya yang kembali berbondong-bondong datang ke Indonesia menjadi sorotan keras masyarakat. Tidak hanya warga Aceh, juga warganet di Indonesia.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Aspirasiku dari berbagai sumber, alasan pengungsi Rohingya ditolak di Aceh karena banyak hal. Salah satu yang paling mencolok adalah perilaku pengungsi Rohingya pada kloter sebelumnya berperilaku kurang baik.
Bahkan, beberapa pengungsi Rohingya dikabarkan berusaha melarikan diri dari camp atau tempat pengungsian yang difasilitasi oleh Pemerintah Indonesia. Serta beberapa pengungsi Rohingya melanggar norma yang menjadi adat dan tradisi lokal di wilayah Aceh.
Baca Juga: Terungkap Kenapa Rohingya Ditolak di Aceh, Ternyata Karena Hal Mengejutkan Ini
Lalu mengapa UNCHR diserang warganet? UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) adalah sebuah organisasi yang berdiri di bawah naungan PBB.
Penyebab UNCHR menjadi sasaran warganet di Indonesia dikarenakan terjadinya protes keras organisasi pengungsi global tersebut dengan warga sekitar yang menolak kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh.
Hal tersebutlah yang memicu akun sosial media UNCHR diserang warganet karena pro kepada pengungsi Rohingya atas dasar Hak Asasi Manusia.
"Raykat Indo aja banyak yang kurang, ini segala ngurusin pengungsi yang notabennya seenaknya masuk negara orang udah gitu nggak tahu diri," tulis netizen.
"Tutup UNCHR! usir UNCHR dari Indonesia, tolak pengungsi Rohingya. Tolak organisasi imigran gelap berkedok kemanusiaan!" tulis salah seorang warganet, dilansir Aspirasiku dari komentar pada unggahan akun TikTok @UNCHRIndonesia.
Meski demikian, belum ada keterangan resmi dari UNCHR mengenai penolakan keras warga Rohingya tersebut.
Baca Juga: Sering Jerawatan? Ketahui Penyebab dan 5 Cara Menghilangkan Jerawat yang Tumbuh Terus-menerus
UNCHR Beri Peringatan Akan Ada Lebih Banyak Pengungsi Rohingya Datang
Komisariat Tinggi PBB urusan Pengungsi (UNHCR) mengeluarkan peringatan terkait lonjakan kedatangan pengungsi Rohingya pada bulan Desember ini. Babar Baloch, juru bicara UNHCR, menjelaskan hal ini dalam wawancara dengan Voice of America (VOA).