ASPIRASIKU - Haji Abdul Malik Karim Amrullah –dengan nama kecil Hamka, lahir di di Tanah Sirah tepi Danau Maninjau, kini masuk wilayah Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 17 Februari 1908 (13 Muharram 1326).
Hamka merupakan anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Abdul Karim Amrullah dan Safiyah. Adik-adik Hamka bernama: Abdul Kuddus, Asma, dan Abdul Mu'thi.
Ayahanda Hamka, ialah Dr. Syekh Abdul Karim Amrullah merupakan salah satu ulama besar asal Minangkabau awal abad ke-20.
Di Maninjau, Hamka kecil tinggal bersama anduangnya, mendengarkan pantun-pantun yang merekam keindahan alam Minangkabau. Ayahnya sering bepergian untuk berdakwah.
Saat berusia empat tahun, Hamka mengikuti kepindahan orangtuanya ke Padang Panjang, belajar membaca al-Quran dan bacaan shalat di bawah arahan kakak tirinya, Fatimah.
Baca Juga: Rangkuman 22 Contoh Soal Cerdas Cermat Pengetahuan Agama dan Kunci Jawaban 2023 Tingkat Umum
Memasuki umur tujuh tahun, Hamka bersekolah di Sekolah Desa. Pada 1916, Zainuddin Labay El Yunusy juga telah membuka sekolah agama Diniyah School, sebagai sistem sekolah model baru menggantikan sistem pendidikan tradisional berbasis surau.
Perlu kita ketahui bahwa Hamka remaja merupakan sosok yang sering melakukan petualangan, melakukan berbagai perjalanan jauh sendirian. Pada tahun 1924, Ia bahkan pernah meninggalkan pendidikannya di Thawalib.
kemudian melakukan perjalanan ke Jawa. Setelah setahun berada diperantauan, kemudian Hamka kembali lagi ke Kota Padang Panjang untuk kemudian membesarkan Muhammadiyah.
Saat dewasa Hamka juga pernah menekuni karier sebagai wartawan sambil bekerja sebagai guru agama di Deli. Setelah menikah, ia kembali ke Medan dan menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat. Lewat karyanya Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, semakin melambungkan namanya sebagai sastrawan besar Indonesia.
Hamka pernah melakoni berbagai pekerjaan sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Kiprahnya sangat besar di bidang pers dan pendidikan. Sempat pula ia berkecimpung di dunia politik melalui Partai Masyumi, sangat lama ia dipartai tersebut bahkan masih di sana hingga akhirnya partai dibubarkan.
Baca Juga: Trend Hairstyle 2023, Berikut Model Paling Banyak dan Cocok Digunakan untuk Pesta
Partai Masyumi merupakan parpol Islam yang telah terbentuk sejak zaman pendudukan Jepang, memiliki banyak tokoh terkemuka dan akhirnya dibubarkan di era Presiden Sukarno pada tahun 1960.
Selanjutnya Hamka pernah pula menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pertama dan kemudia menjadi tokoh yang sangat aktif dalam salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah.
Bersama organisasi ini Hamka berupaya mensiarkan gerakan Islam yang berlandaskan Al Qur'an dan Sunnah, melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar dalam rangka menegakkan serta menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.