Tak Hanya Hari Valentine, Tanggal 14 Februari Ternyata Hari Bersejarah Bagi Indonesia Melawan Penjajah

photo author
- Selasa, 14 Februari 2023 | 13:15 WIB
momen saat 14 Februari selain hari Valentine.  (desain di canva)
momen saat 14 Februari selain hari Valentine. (desain di canva)

ASPIRASIKU — Bagi Sebagian orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia pastinya sudah hapal betul tanggal 14 Februari diperingati sebagai hari apa.

Ya pastinya, mereka akan menjawab bahwa tanggal 14 Februari sebagai Hari Valentine atau biasa disebut juga sebagai hari kasih sayang sedunia.

Tanggal 14 Februari yang merupakan hari Valentine merupakan budaya untuk mengungkapkan kasih sayang atau cintanya seseorang terhadap pasangan atau orang terdekatnya.

Namun ternyata tanggal 14 Februari tidak hanya diperingati sebagai hari Valentine saja, namun untuk memperingati pemberontakan pasukan PETA atau Pembela Tanah Air.

Baca Juga: Pendaftaran KIP Kuliah 2023 Dibuka? Cek kip-kuliah.kemdikbud.go.id

Tahukah kamu apa itu PETA?
PETA, kepanjangan dari Pembela Tanah Air, adalah kesatuan paramiliter sukarela yang dibentuk Jepang pada masa penjajahan Dai Nippon di Indonesia, tepatnya tanggal 3 Oktober 1943. Sejarah PETA tidak terlepas dari kebutuhan militer Jepang dalam Perang Dunia II.

Pemberontakan PETA di Blitar adalah sebuah peristiwa pemberontakan yang dilakuan sebuah batalion PETA di Kota Blitar pada 14 Februari 1945 dan dipimpin oleh Shodancho Supriyadi.

Tepat 14 Februari 1945 pukul 03.00 WIB, pasukan PETA menembakkan mortir ke Hotel Sakura yang menjadi kediaman para perwira militer Jepang.

Markas Kempetai juga ditembaki senapan mesin. Dalam aksi yang lain, salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka” dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”

Mereka yang semula sudah Menyusun rencana. Ternyata pemberontakan PETA pun gagal karena pihak Jepang mengetahuinya.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Rabu, 15 Februari 2023 SCTV, RCTI, Indosiar, dan Trans 7: Saksikan! Armour Of God 2 Operation

Supriyadi, sang pemimpin pemberontakan tersebut gagal menggerakkan satuan lain untuk memberontak.

Dalam waktu singkat, Jepang mengirimkan pasukan militer untuk memadamkan pemberontakan PETA.

Sebanyak 78 orang perwira dan prajurit PETA ditangkap dan dijebloskan ke penjara untuk kemudian diadili di Jakarta.

Sebanyak 6 orang divonis hukuman mati di Ancol pada 16 Mei 1945, 6 orang dipenjara seumur hidup, dan sisanya dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan.

Akan tetapi, nasib Supriyadi tidak diketahui. Supriyadi menghilang secara misterius. Setelah Indonesia merdeka, sebenarnya Supriyadi diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Namun, Supriyadi tidak pernah muncul lagi untuk selama-lamanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tampan Fernando

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X