nasional

Eks Penyidik KPK Bongkar Dugaan Korupsi dan Pembalakan Liar Penyebab Banjir Besar di Sumatera

Kamis, 11 Desember 2025 | 09:00 WIB
Eks penyelidik KPK menyebut kemungkinan adanya praktik pembalakan liar hingga korupsi di Sumatera (YouTube/Abraham Samad Speak Up)

ASPIRASIKU - Eks penyelidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Aulia Postiera angkat bicara mengenai dugaan kuat adanya praktik pembalakan liar yang disebut menjadi salah satu pemicu bencana banjir besar di sejumlah wilayah Sumatera.

Pernyataan itu ia sampaikan setelah melihat maraknya foto dan video di media sosial yang memperlihatkan gelondongan kayu berukuran beragam terseret arus banjir hingga masuk ke permukiman warga.

“Banyak kayu gelondongan yang masuk ke wilayah penduduk yang disapu banjir itu,” ujar Aulia dalam podcast di kanal YouTube Abraham Samad Speak Up, Rabu, 10 Desember 2025.

Ia menegaskan, batang kayu yang terbawa arus itu tampak memiliki potongan rapi—sesuatu yang menurutnya tidak mungkin terjadi bila kayu tersebut hanyalah pohon tumbang alami.

Baca Juga: Menolak Disebut Bantuan Malaysia-China untuk Aceh Adalah Bantuan Internasional, Menhan Sjafrie Ungkap Alasannya

Korupsi Disebut Punya Jejak pada Kerusakan Lingkungan

Aulia menyoroti bahwa praktik korupsi kerap berdampak langsung pada kehancuran lingkungan.

Ia menyebut, kondisi hutan di Sumatera Barat, Sumatera Utara hingga Aceh sudah lama dikabarkan gundul.

“Sudah banyak peneliti, banyak NGO menyatakan bahwa ini terjadi pembalakan liar, terjadi illegal mining. Dan tidak ada penegakan hukum,” ujar Aulia.

Ia menilai bencana yang terjadi akhir-akhir ini semakin memperkuat dugaan bahwa kerusakan hutan bukanlah kejadian spontan, melainkan akibat pembiaran panjang yang tidak disentuh penegakan hukum.

Baca Juga: Lowongan Kerja Risk Management Staff di BJB Sekuritas, Inilah Kualifikasinya

Menuding Korporasi sebagai Pelaku Utama

Lebih jauh, Aulia menegaskan pembalakan liar dalam skala besar mustahil dilakukan masyarakat. Ia meyakini aktivitas itu dikerjakan oleh pihak berkekuatan modal seperti korporasi.

“Rakyat kan nggak punya bekho. Kalau tambang rakyat atau tebang rakyat, seberapa banyak masyarakat bisa memotong kayu atau menambang?” katanya.

Halaman:

Tags

Terkini