Baca Juga: Wajib Tahu! Fakta Mengejutkan Tentang Minggu Pahing Jumlah Weton yang Jarang Diketahui
Tapi harapan Edwin seolah dipatahkan oleh waktu yang berjalan lambat di rumah sakit itu.
Dokter demi dokter datang dan pergi. Tiga dokter memberi rekomendasi sama: harus segera dilahirkan.
Namun penindakan tak kunjung dilakukan. Sementara istrinya terus mengalami pendarahan.
Dalam penantiannya yang mengikis kesabaran, Edwin juga harus menelan pil pahit perlakuan yang menurutnya jauh dari empati.
Baca Juga: Wajib Tahu! Fakta Mengejutkan Tentang Minggu Pahing Jumlah Weton yang Jarang Diketahui
"Sabar atuh, Pak, kan mau dioperasi," kata Edwin, meniru nada ketus seorang bidan yang membuat hatinya remuk.
Akhirnya, proses persalinan dilakukan. Namun tidak dengan bius total.
Anak pertamanya lahir dengan berat yang mengkhawatirkan, hanya 1.600 gram, lalu langsung dibawa ke ruang bayi.
Beberapa jam kemudian, ketika Edwin dipanggil ke ruang bayi, kenyataan yang lebih pahit menamparnya.
Baca Juga: Jalur Pendaftaran Sekolah Kedinasan Kementrian Perhubungan! Jangan Sampai Salah Pilih Jalur
"Pak, ini anak kritis. Beratnya 1.200 gram," kata staf rumah sakit yang memberinya kabar tak terduga.
Dalam kebingungan, Edwin diminta menandatangani surat tanpa tahu tindakan apa yang sebenarnya dilakukan.
Beberapa jam setelahnya, sekitar pukul 10.55, Edwin kembali dipanggil.
"Kami diberi tahu, anak sudah meninggal dunia," tuturnya lirih.