Aspirasiku.id - Fenomena El Nino yang sedang berlangsung saat ini telah membawa dampak signifikan bagi Indonesia, terutama dalam hal curah hujan yang rendah dan potensi kekeringan ekstrem.
Dampak El Nino, yang merupakan peningkatan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, dapat mengubah pola cuaca dan meningkatkan risiko kebakaran hutan.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dampak El Nino diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun 2023, dengan transisi dari musim kemarau ke musim hujan di bulan November hingga Desember.
Baca Juga: Kegiatan yang Kurang Tepat dalam Melakukan Tindak Lanjut Ketercapaian Tujuan Pembelajaran adalah…
Daerah-daerah seperti Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan diprediksi akan mengalami curah hujan yang rendah dan potensi kondisi kekeringan ekstrem.
Hal ini berpotensi mengancam sektor pertanian, mengakibatkan kekurangan air, gagal panen, dan meningkatkan risiko kebakaran hutan.
Selain itu, El Nino juga berdampak pada ekosistem laut, kesehatan, dan ketegangan sosial.
Meskipun BMKG memperkirakan bahwa fenomena El Nino akan berkurang setelah September dan Oktober, dampaknya masih dirasakan hingga awal tahun 2024.
Baca Juga: Apa itu Konjungsi Kausalitas? Mari Pelajari Definisi, Jenis, dan Contoh-contoh Penggunaannya
Puncak fenomena El Nino pada Agustus-Desember 2023 berpotensi menyebabkan musim kemarau yang panjang akibat curah hujan yang berkurang.
El Nino juga berdampak pada kenaikan suhu udara dan meningkatkan jumlah titik api di daerah rawan kebakaran.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah untuk mengurangi dampak negatif El Nino.
Salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Baca Juga: Bagaimana Pelaksanaan Prinsip Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran yang Kontekstual? Ini Jawabannya