ASPIRASIKU - Ratusan hektare lahan pertanian padi atau sawah di Lampung mengalami kekeringan akibat El Nino.
Totalnya luas sawah yang kering sampai September 22023 mencapai 765 hektare dan terjadi di 9 kabupaten.
Kabupaten dengan area terbanyak di Lampung Selatan mencapai 205 hektare. Kemudian Tulang Bawang 134 hektare, Lampung Barat 118 hektare, Pesawaran 120 hektare, dan Lampung Timur 68 hektare.
Selanjutnya di Way Kanan 45 hektare, Pringsewu 49 hektare, dan Pesisir Barat 25 hektare.
Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi memaparkan dari total luasan 765 hektare yang sedang mengalami kekeringan, potensi kehilangan dampak El Nino mencapai 1.954 ton gabah panen (GKP).
“Kekeringan ini juga berdampak pada terjadinya gagal panen (puso) di beberapa daerah. Yaitu di Lamsel (2 ha), Tulangbawang (85 ha), Pesawaran (5 ha), dan Pringsewu (1 ha),” jelas Arinal saat konferensi pers di Rumah Dinas Gubernur Lampung Mahan Agung, Selasa (5/9/2023).
Untuk penanganan dampak kekeringan akbat El Nino, Arinal mengatakan saat ini Pemprov Lampung sudah melakukan beberapa langkah.
Di antaranya percepatan tanam dan optimalisasi lahan tadah hujan, pemilihan komoditas/varietas dan waktu tanam.
Baca Juga: Heboh! Gubernur Lampung Arinal Djunaidi Diperiksa KPK, Ternyata Karena Kasus Ini...
Yaitu dengan memilih varietas toleran kekeringan (Inpago 5, Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10 Inpari 10, Rindang/agritan, Rindang 2 agritan, dan varietas local sejenis.
“Kemudian identifikasi permasalahan dan sumber daya air, penggunaan bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah, gropyokan dan pemanfaatan agens hayati untuk mengatasi OPT yang timbul akibat dampak kekeringan,” kata Arinal.
Selanjutnya petani juga diminta mengurangi penggunaan pestisida, karena penggunaan pestisida akan merusak biologi dan struktur kimia dan fisika tanah.
“Hal itu akan menyebabkan tanah lebih cepat mengalami kekeringan,” kata Gubernur.
Pemprov juga membantu dan mendorong petani di wilayah rawan agar mendaftar Asuransi Usaha Tani Petani (AUTP) dan pada tahun 2023.