ASPIRASIKU – Semakin mengerikan kondisi terkini Jalur Gaza menjelang diberlakukan gencatan senjata, namun setelah empat hari para analis skeptis tentang apa yang akan terjadi.
Kondisi terkini Jalur Gaza tidak lantas baik-baik saja dengan berlakunya gencatan senjata sementara.
Berikut adalah kondisi terkini Jalur Gaza dari sisi kematian para jurnalis selama 47 hari serangan militer Israel.
Baca Juga: Sikap Rendah Hati Merupakan Perilaku Terpuji yang Artinya? Dijelaskan dalam Beberapa Aspek Ini
Khaled Beydoun, seorang Profesor dan penulis, mengabarkan bahwa dalam waktu sesingkat itu sedikitnya 72 jurnalis telah terbunuh.
Beydoun menulis di postingan Instagramnya, “Pelarangan Jurnalis di Gaza. Israel melarang jurnalis internasional untuk memasuki Gaza selama 4 hari gencatan senjata.”
Sebuah pertanyaan dimunculkan, “kenapa? Israel tidak ingin seluruh dunia tahu sejauh mana pembantaian genosida (telah dilakukan)”, tulisnya.
Dalam artikelnya yang berjudul “Jangan Sebut Ini Gencatan Senjata”, Beydoun menegaskan bahwa tekanan untuk “menghentikan pembersihan etnis” adalah satu-satunya upaya untuk menghentikan agresi ini.
Kedua kata di antara “genosida” dan “pembersihan etnis,” yang mencuat dari protes dan postingan media sosial, dijadikan tagline oleh para kepala negara yang mengutuk penyerangan di Gaza, tulisnya.
Namun, Beydoun menyampaikan bahwa diantara hari-hari paling berdarah adalah hari-hari terakhir menjelang gencatan senjata.
Baca Juga: Cara Bikin Surat Izin Karena Sakit untuk SD, SMP dan SMA Mudah
Terutama pada jam-jam terakhir sebelum gencatan senjata dimulai. Pada Jumat (24/11) pagi, ternyata militer Israel mempercepat serangannya.
Mereka mengebom rumah-rumah dan kamp-kamp pengungsian, menghancurkan sekolah yang dikelola oleh PBB dan membantai para pengungsi yang telah kehilangan tempat tinggal.
Pada jam-jam terakhir justru jumlah korban jiwa warga Palestina meroket. Tragedi ini telah menjadi badai besar sebelum gencatan senjata.