Studi Kasus Mengejutkan! Bahaya Jadi Pengangguran Jangka Panjang, Picu 5 Risiko Berbahaya Ini

photo author
- Rabu, 26 Februari 2025 | 14:00 WIB
Studi Kasus Bahaya Pengangguran Jangka Panjang (Pexels.com/Anna Shvets)
Studi Kasus Bahaya Pengangguran Jangka Panjang (Pexels.com/Anna Shvets)

Dampak Jangka Panjang: Lingkaran Setan Pengangguran dan Penyakit

Pengangguran yang berkepanjangan memperparah kondisi kesehatan seseorang, terutama dalam aspek mental.

Baca Juga: 7 Tanda Kamu Sukses Menyembunyikan Rasa Sedih dari Keluarga

Semakin lama seseorang menganggur, semakin tinggi beban penyakit yang ditanggung. Lingkaran setan ini hanya bisa diputus melalui kombinasi berbagai intervensi, seperti:

Akses ke layanan kesehatan yang terjangkau untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul akibat pengangguran.

Program peningkatan keterampilan agar para penganggur dapat lebih mudah mendapatkan pekerjaan kembali.

Kebijakan sosial yang mendukung kesejahteraan penganggur guna mengurangi tekanan ekonomi dan psikologis yang mereka hadapi.

Baca Juga: 7 Kegiatan Sekolah di Bulan Ramadhan untuk SD, SMP dan SMA Penuh Inspirasi

Studi Kasus: Data dari Jerman dan Marienthal

Di Jerman, lebih dari satu juta orang telah menganggur selama lebih dari satu tahun.

Studi Marienthal, yang telah dilakukan sejak tahun 1930-an, membuktikan bahwa pengangguran berkaitan erat dengan kesehatan yang buruk.

Data terbaru juga mengonfirmasi temuan ini, menunjukkan bahwa individu dengan kesehatan buruk lebih sulit untuk kembali bekerja.

Kesimpulannya, pengangguran bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat.

Baca Juga: 5 Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan yang Perlu Kalian Ketahui Beserta Riwayat Haditsnya

Oleh karena itu, solusi harus mencakup pendekatan multidisiplin yang mengintegrasikan kebijakan ketenagakerjaan, layanan kesehatan, serta intervensi sosial yang efektif.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yoga Pratama Aspirasiku

Sumber: pmc.ncbi.nlm.nih.gov

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X