Studi Kasus Mengejutkan! Bahaya Jadi Pengangguran Jangka Panjang, Picu 5 Risiko Berbahaya Ini

photo author
- Rabu, 26 Februari 2025 | 14:00 WIB
Studi Kasus Bahaya Pengangguran Jangka Panjang (Pexels.com/Anna Shvets)
Studi Kasus Bahaya Pengangguran Jangka Panjang (Pexels.com/Anna Shvets)

ASPIRASIKU - Data dalam studi kasus ini berasal dari Jerman dan penelitian Studi Marienthal di Austria ada bahaya pengangguran jangka panjang terhadap kesehatan yang patut diwaspadai.

Ada 5 risiko berbahaya atau risiko tinggi bagi orang-orang yang mengalami nasib sebagai pengangguran dalam jangka yang panjang.

Pengangguran tidak hanya berdampak pada kondisi ekonomi individu, tetapi juga berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik dan mental.

Sejumlah penelitian, termasuk meta-analisis dan tinjauan sistematis, menunjukkan bahwa pengangguran jangka panjang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan secara signifikan.

Baca Juga: Contoh PENELITIAN Studi Kasus Kualitatif, Lengkap dari Judul sampai Penjelasannya

Risiko Kesehatan akibat Pengangguran Jangka Panjang

Berdasarkan hasil penelitian, individu yang mengalami pengangguran dalam jangka panjang memiliki:

1. Risiko dua kali lipat terkena penyakit mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan, dibandingkan dengan mereka yang bekerja.

2. Angka kematian 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang bekerja.

3. Kaitan dengan alkoholisme, di mana pengangguran bisa menjadi penyebab maupun akibat dari penyalahgunaan alkohol.

Baca Juga: Bahaya Mengancam! 5 Risiko Kesehatan akibat Terlalu Sering Makan Junk Food

4. Risiko lebih tinggi mengalami penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung dan stroke.

5. Potensi terkena kanker, yang juga dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan.

Krisis ekonomi makro memperburuk hubungan antara pengangguran dan kesehatan, sedangkan intervensi sosial dapat mengurangi dampak buruknya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Yoga Pratama Aspirasiku

Sumber: pmc.ncbi.nlm.nih.gov

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X