ASPIRASIKU - Sebagai salah satu daerah yang menjunjung tinggi perdamaian di Indonesia, Bali kerap menjadi tempat bersejarah dalam konferensi tingkat dunia yang membuahkan aksi dan solusi dalam permasalahan global.
Di Pulau Dewata inilah 60 pemuda-pemudi, delegasi dari lebih dari 50 negara peserta G20 berkumpul di Ubud, Bali dalam Peace International Summit / KTT Perdamaian International yang bertajuk PEACE20, The Golden Rule: “Do Unto Others as You Would Have Them Do Unto You”, Selasa (1/11/2022).
KTT Perdamaian yang dibuka secara resmi oleh tuan rumah Panglingsir/Raja Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati ini juga dihadiri oleh Panglingsir Utama Bali dari Kerajaan Klungkung Tjokorda Gde Agung gelar Ida Dalem Semaraputra bersama dengan para pembicara internasional Princess Cheryl Halpern selaku Chairwoman Peace 20, Dr Abraham Joseph (UN DGGW Peace Activist).
Kemudian Ketua Panitia Nasional Peace International Summit yang juga Ketua PWNU Jatim K.H. Marzuqi Mustamar, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP RI) Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi M.A, Ph.D, pejabat yang mewakili Kapolri, Mendagri, Menteri LHK dan Chairman VOP Prince Damien Dematra.
Selain itu juga hadir secara daring narasumber Uskup Riah Abu Asshal dari Palestina, Menteri Parekraf dan Menteri Agama.
Baca Juga: Kumpulan Teks Pidato Hari Pahlawan Nasional 10 November 2022, Lengkap dengan Ucapan Terbaru
Dalam kesempatan tersebut, Kepala BPIP RI, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. turut memberi arahan kepada para delegasi.
Prof. Yudian menuturkan, kegiatan Peace International Summit yang diselenggarakan Voice of Peace Initiative (VOP) ini kental dengan semangat persatuan untuk mencapai perdamaian dunia muda-mudi dari berbagai negara, seperti semangat Sumpah Pemuda yang baru-baru ini Bangsa Indonesia peringati.
“Acara ini juga untuk mendukung Presidensi Indonesia dalam G20, sekaligus dalam rangka memperingati HUT ke-5 VOP yang diselenggarakan oleh Bapak Wakil Presiden RI bersama 1000 anak yatim”, tutur Prof. Yudian.
Kepala BPIP yang juga lulusan Harvard University ini memberi gambaran kepada para delegasi bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar ke-4 dunia dengan beragam perbedaan.
Namun, dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, Bangsa Indonesia dapat bersatu dalam kerukunan hingga sekarang dan selamanya.
Baca Juga: Adakah Hari Besar Nasional dan Tanggal Merah Bulan November 2022? Cek di Sini
“Masyarakat Indonesia memiliki pengalaman 2000 tahun dalam mengembangkan cara-cara positif untuk bekerja dengan keragaman budaya dan agama untuk membina kehidupan yang harmonis. Jadi, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan adat gotong royong adalah dasar yang berharga bagi antar budaya dalam lingkungan budaya, perdamaian dan kerukunan, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia”, terang Prof. Yudian.
Dalam menciptakan kerukunan dan perdamaian dunia, Prof. Yudian menambahkan, Pancasila bersifat universal yang sudah terbukti dan dapat dipedomani oleh masyarakat dunia.