Penggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama mengakibatkan terjadinya krisis energi yang merembet menjadi krisis ekonomi global.
Hal ini diperparah dengan kondisi perang Rusia-Ukraina. Sanksi yang dijatuhkan pada Rusia membuatnya mengontrak pasokan gas.
Baca Juga: Cara Daftar Nikah Online 2023 dengan Login di Aplikasi PUSAKA Kemenag, Ini Caranya
Beberapa negara pun menghentikan kerja sama jual beli bahan bakar dengan Rusia. Akibatnya, persaingan global untuk sumber daya energi fosil semakin meningkat. Harga batu bara di pasar global pun meningkat karena kelangkaannya.
Pemanasan global memberi dampak negatif pada perubahan iklim yang kita rasakan saat ini. Naiknya suhu global menyebabkan berbagai perubahan alam, salah satunya adalah kenaikan permukaan air laut.
Dalam Siaran Pers nomor 456Pers/04/SJI/2022, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa kenaikan permukaan air laut sebesar 1,2 cm akan memberikan dampak kepada 65% populasi global yang tinggal di pesisir pantai.
Dampak negatif yang dihasilkan dari pemanasan global amat merugikan makhluk hidup di seluruh dunia. Oleh karena itu, pemanasan global harus ditangani dengan serius.
Salah satu penyebab utama pemanasan global adalah emisi karbon. Bahan bakar fosil (batu bara, minyak, dan gas) menyumbang lebih dari 90% emisi karbon di Indonesia sebagaimana ditunjukkan pada diagram berikut.
Oleh karena itulah, harus dilakukan transisi energi dari bahan bakar fosil menjadi energi baru dan terbarukan untuk menanggulangi meningkatnya pemanasan global.
Baca Juga: Syarat Jalur Undangan Telkom University, Pendaftaran Dibuka Sampai 27 Januari 2023
3. Desentralisasi Energi Listrik
Pemanfaatan energi di Indonesia masih belum merata. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki akses listrik.