Puncak prestasinya datang saat membawa Indonesia juara Merdeka Tournament 1961 dan 1962 di Malaysia. Pada edisi 1962, ia bahkan menjadi top skor dengan delapan gol.
Sepanjang kariernya, Henky membukukan 55 gol dari 63 pertandingan bersama timnas (termasuk laga non-FIFA), menjadikannya salah satu striker paling produktif dalam sejarah Garuda.
Gantung Sepatu di Usia 25 Tahun
Meski tengah berada di puncak, Henky mengambil keputusan mengejutkan dengan pensiun dini pada 1962, di usia 25 tahun.
Keputusan itu ia ambil untuk melanjutkan pendidikan di Jepang—sebuah langkah langka bagi pesepak bola Indonesia saat itu.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Jadi KLB, Prabowo Panggil Kepala BGN
Selepas dari lapangan hijau, Henky berkarier di dunia profesional.
Ia sempat bekerja di Taisel Corporation Hotel Okura Jepang (1968–1971), hingga akhirnya dipercaya sebagai General Manager Toyota Astra Motor Jakarta (1976–1996).
Warisan Abadi untuk Sepak Bola Indonesia
Meski karier sepak bolanya singkat, jejak Henky tetap abadi. Pada 2014, Kementerian Pemuda dan Olahraga menerbitkan biografi berjudul Henky Timisela: Wonder Boy Sepak Bola Indonesia karya jurnalis olahraga Sumohadi Marsis, yang mendokumentasikan kisah hidup serta dedikasinya.
Kepergian Henky Timisela meninggalkan duka mendalam bagi sepak bola nasional. Ia dikenang bukan hanya sebagai pencetak gol ulung, tetapi juga sebagai pribadi yang memilih jalan berbeda untuk mengabdi di luar lapangan.
Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Namun semangat dan dedikasi sang Wonder Boy akan terus hidup dalam sejarah sepak bola Tanah Air.***