Dirinya tidak mempu menjadikan timnas pilihannya itu, yang mayoritas dihuni para pemain di bawah usia 22 tahun, menjadi tim yang tangguh di ASEAN Cup.
Baca Juga: PPG 2024 untuk 28.536 Guru PAI Menelan Anggaran Biaya Rp142,68 Miliar, Dibiayai Kolaboratif
Apalagi selama ASEAN Cup, STY mencoreng catatan timnas, yakni tidak pernah menang bermain di kandang sendiri.
Timnas hanya mampu bermain imbang, 3-3 melawan Laos dan kalah, 0-1 dari Filipina, yang merupakan kemenangan pertama negara itu di kandang Indonesia.
Buntut kegagalan di ASEAN Cup itu, kini peringkat Indonesia di FIFA kembali turun.
Bahkan sudah tiga kali STY menukangi Timnas di turnamen sepakbola Asia Tenggara ini, hasilnya terus menurun.
Timnas menjadi runner up di tahun 2020, lalu semifinal di tahun 2022, dan tahun 2024, mentok di fase grup.
Atas alasan itu, sudah saatnya PSSI melakukan evaluasi total terhadap STY.
Jika STY tidak lagi istimewa dan hanya mengandalkan propaganda agensinya untuk galang dukungan melalui sosial media agar mendapat simpati dari pecinta sepakbola Indonesia, meskipun tanpa memberikan prestasi, maka ini waktunya Timnas harus punya pelatih baru.***