Hudatos, Pesan Pendeta Helen Ruth Manurung dalam Perayaan Pentakosta di GKI Salatiga

- Minggu, 28 Mei 2023 | 17:53 WIB
Pendeta Helen Ruth Manurung dalam Perayaan Pentakosta di GKI Salatiga.  (Chrissandhy Bothmir/Aspirasiku.id)
Pendeta Helen Ruth Manurung dalam Perayaan Pentakosta di GKI Salatiga.  (Chrissandhy Bothmir/Aspirasiku.id)

ASPIRASIKU – Dalam perayaan hari Pentakosta atau turunnya Roh Kudus, Pendeta Helen Ruth Manurung memulai khotbahnya dengan bertanya topi yang digunakan dan berasal dari etnis mana.

Umat GKI Salatiga kemudian menjawab bahwa etnis Papua. Jawaban tersebut ternyata benar, karena jemaat GKI Salatiga dalam perayaan Pentakosta kali ini menggunakan busana dari semua etnis yang ada di Indonesia.

Pendeta Helen Ruth Manurung menggunakan toga dan menggunakan topi etnis Papua. Ibadah di GKI Salatiga sendiri mengusung tema, ‘Hidup dalam Roh Cinta’ dalam memaknai keragaman di dalam bangsa maupun Gereja.

Pendeta Helen Ruth Manurung dalam khotbahnya menyinggung mengenai perbedaan etnis sebagai bagian dari perayaan Pentakosta.

Sama seperti ketika para murid dikendalikan melalui kuasa Roh Kudus sehingga berbicara dalam berbagai bahasa dan disaksikan oleh beragam suku bangsa sehingga, Pendeta Helen Ruth Manurung merasa perlu menyadarkan umat GKI Salatiga agar menghargai perbedaan dalam Pentakosta saat ini.

Baca Juga: Apa dan Bagaimana Bentuk dari Roh Kudus, Apakah Sejenis Makanan Ringan, Lantas Mengapa Begitu Penting?

Yohanes 7:37-39 berjudul Air Hidup, yang menjelaskan bahwa Yesus merupakan air hidup dan sebagai manusia sangat tidak mungkin dapat hidup tanpa air hidup tersebut, karena akan mengalami kekeringan iman, dan jiwa yang gersang.

Air sebagai simbol kehidupan, sebagai manusia tentu kita memerlukan air, bayangkan jika seseorang tidak meminum air tubuhnya akan kekurangan cairan dan lemas akibat mengalami dehidrasi, selain itu air juga diperlukan untuk membersihkan diri dari kotoran.

Ibu Helen menjelaskan bahwa layaknya seorang manusia yang tak dapat hidup tanpa air, begitu pula kita tidak dapat hidup tanpa Roh Kudus karena kita tidak akan bisa melakukan apapun, sebaliknya manusia mampu melakukan segala sesuatu jika dikendalikan Roh Kudus.

Artinya agar Roh Kudus dapat bekerja dalam hidup kita, ketika diri kita sendiri mau membuka diri sehingga kuasa Roh Kudus dapat menuntun kita menjadi lebih baik, dan dikendalikan untuk berbuat cinta kepada orang banyak.

Berbicara tentang Roh Cinta, bukan hanya masalah orang dewasa melainkan juga untuk anak-anak, anak-anak dapat melakukan kebaikan kepada sesamanya, di sekolah maupun di sekolah minggu bahkan kepada orang tua, dengan cara hormat selalu kepada orang tua dan guru.

Sebagai keluarga pun seperti itu, selain memiliki perbedaan pendapat tetapi juga dapat saling sayang sehingga terciptalah kerukunan, hanya orang-orang yang dipenuhi dan dikendalikan oleh Roh Cinta yang akan melakukan hal tersebut.

Selain itu, Roh Cinta akan memampukan seseorang agar dapat hidup saling mengasihi dan mengampuni bahkan saling menghargai dengan perbedaan yang dimiliki, baik dari segi etnis, cara pandang, budaya warna kulit bahkan potensi atau kelebihan.

Roh Cinta akan menuntun seseorang agar rendah hati, terkait dengan kelebihan yang dia miliki, sebagai penyanyi, sebagai orang yang pandai berkata-kata akan saling melengkapi agar dapat memuji dan memuliakan nama Tuhan.

Ada banyak sekali kebudayaan di Indonesia bahkan di dunia, hal tersebut dapat dikelola dengan baik, tetapi juga dapat menjadi hal yang sensitif jika tidak dikelola dengan baik, karena akan terjadi perpecahan akibat masing-masing lebih mengagungkan etnisnya ketimbang yang lain.

Halaman:

Editor: Mitra Wibowo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X